blog

Jalan-Jajan di Jogja

September 11, 2018


Kali ini ke Jogja dalam rangka nemenin bumil ngidam. Iya, ngidam makanan khas Jogja. Mulai dari gudeg Yu Djum, nasi kuning, sampai kucingan. Enggak cuman itu, si bumil satu ini memang lagi cari perlengkapan bayi karena di tempat dia tinggal sekarang (read: Adelaide) harganya lebih 3x lipat mahal dibandingkan disini.

"Nih sel, foto pake aplikasi ini bagus"
dan beginilah hasilnyaaaaaaaaa

Sebelumnya, bumil a.k.a kak Lia sempat bermalam di rumah (read: Cirebon). Katanya ngidam mendoan sama kue bikinan mama hahaha aduuuuuuu ngidamnya sampe kudu nyebrang negara dulu. Siang itu, saya sempat menanyakan mama untuk datang ke kosan hari apa. Saya khawatir kalau datang disaat saya kuliah, kan makin lama lagi nunggunya dan malah makin memperlambat waktu ke Jogja. But, syukurlah mereka datang hari Sabtu siang. Sabtunya, saya kaget pas mama nelpon kalau beberapa menit lagi sampai. Saya yang tadinya enak-enak tiduran langsung bangkit dan bergegas mandi hahaha. Padahal firasat saya bakal nyampe sekitar jam duaan, tapi kok lebih cepat sejam ya (lagi-lagi pake perasaan kan ye). Setelah mandi, saya pun kembali menyiapkan barang-barang yang perlu dibawa dan tentunya novel yang enggak akan saya lupain (walaupun belum tentu dibaca, yang penting nyesel enggak baca ketimbang nyesel enggak bawa kan? hahaha). Lah dalah saya bawa satu tas besar dan dua totebag ternyata. Tapi yang katanya beberapa menit berubah menjadi jam. Hampir sejam saya menunggu (masih sempat leyeh-leyeh lagi), akhirnya mereka datang membawa banyak bungkusan nasi padang. Ternyata dibawah sudah ada teman-teman papa (sekitar lima orang). Ya bisa dibilang reuni singkat lah. Jadinya tetep aja kan ketunda beberapa jam lagi berangkatnya -_- heuh. 

Setelah melewati drama bikin kopi dan cuci piring, tepat pukul empat sore kami melakukan perjalanan menuju Jogja. Senangnya selama perjalanan (terutama di tol), diperlihatkan suasanya sunset dan bukit-bukit yang indah banget. Pokoknya bener-bener damai deh, mobil pun enggak begitu banyak melintas saat itu. Serasa jalan milik pribadi haha. 


Enggak kerasa selama perjalanan nyetel playlist jadul, tiba-tiba udah sampe di Kopi Eva atau Coffee Eva House. Hayooo siapa yang belum tau Kopi Eva? Kata papa sih tempat makan dengan ayam gorengnya yang ter-ter-ter-enak pada zamannya (read: dulu zaman papa kecil). Papa juga bilang kalau setiap liburan ke Jogja, pasti mbah kung selalu mampir makan disini. Bangunannya pun masih sama, enggak ada perubahan katanya (ya mungkin ada sedikit renovasi yang enggak disadari). Kalau saya intip-intip pake mata batin, papa kayaknya bener-bener lagi nostalgia deh haha. Saya pun waktu itu, pertama kali menginjakkan kaki disini merasa senang sekali. Homey banget, sejuk dan makanannya of course enak-enak. Apalagi nasi gulai dan rawonnya bener-bener lezatos. Dagingnya empuk dan kuahnya passsssssssss. Enggak ada cacat sekalipun deh, sempurnaaaaa (terharu). Andalan disini yang selalu dihidangkan sebelum makanan utama datang yaitu Tahu rebus beserta sambal kecap, lemper dan mochi. Semuanya enak-enak, wah saya benar-benar kalap deh. Akhirnya saya dan mama memutuskan untuk setiap ke Jogja, pasti akan selalu mampir kesini. PASTI!


Ternyata praduga kami salah, yang harusnya sampai ditujuan jam tujuh atau delapan malam, ini sampai di hotel hampir jam sembilan malam. Macet dimana-mana dan jalanan pun ramai. Yaaaa mungkin karena tepat malam minggu juga kali ya, ya sudahlah kami pun buru-buru check-in hotel. Makan satu tahu aja udah kenyang, saya pun sampai enggak terpikirkan untuk makan malam lagi. Tapiiii ternyata mereka bertiga belum makan (alias makan nasi. Disebut belum makan kalau belum sama sekali makan nasi. Indonesian people), ya sudah mau enggak mau saya ikut juga hahaha. Sudah terlalu lelah keluar jauh lagi, kami memutuskan untuk makan di tempat makan dekat hotel yaitu kebetulan kami sempat melewati dan balik lagi ke rumah makan Tojoyo. Rumah makan ini terletak di jalan Urip Sumoharjo tepat di depan Empire XXI. Wah pokoknya recommended banget deh, ayam kampungnya mantap jos gandos ditambah lalapan dan sambalnya plus jeruk nipis, dudududu saya yang tadinya engga mau makan (alias diet oh diet) jadi tergiur juga deh walaupun tanpa nasi hehehe. Ini benar-benar kebetulan sekali loh, enggak berdasarkan hasil pencerahan si Google.

Pagi-pagi sekali saya sudah bangun. Sadar bahwa hari ini akan menjadi hari yang sangaaattt panjang. Padahal jam segini biasanya masih melungker dikasur sambil usel-uselan sama selimut haha.Jogja dingin banget pagi itu tapi niat untuk nemenin bumil enggak surut dong haha. Kapan lagi saya bisa menjelajah banyaaaakkkk tempat di Jogja.


Setelah yakin tidak ada lagi barang berharga yang tertinggal, kami pun berangkat menuju Malioboro. Pagi ini si bumil ngidam sarapan pecel. Katanya pecelnya harus ada kembang turinya dan dia yakin sekali kalau pecel di Jogja itu pasti ada kembang turinya. Jeng-jeng-jeng dengan wajah sumringah, kak Lia pun duduk dan menyantap pecelnya. Mungkin karena saya doyan makan juga ya, jadi yaaaa enak-enak aja tuh hahaha. Abis itu, kami berburu dan belanja di pasar Beringharjo. Entah sudah berapa jam, yang jelas saat keluar pasar, matahari bersinar terik tepat arah jarum jam dua belas.

Setelah puas berbelanja (bukan saya, sudah jelas si bumil haha) kami mampir ke tempat aksesoris bayi. Wah karena ini tujuan utama si bumil, kak Lia lumayan mborong banyak baju, perlak dan semua perlengkapan bayi. Sampai jamu bersalin pun enggak luput dari sasarannya haha (wajib ada katanya).


Memang yaaaa benar-benar berasa hariiiii yang panjang, perut saya pun sudah lapar. Kak Lia sih udah super duper lapar katanya hahaha. Kami pun menuju rumah makan Bakso Klenger yang setelah dicek and ricek bisa makan satu porsi bakso seberat satu kilogram. Waduuhhhhhh, itu perut muat enggak yaaa?.

@BaksoKlenger , Luv

Dan benar saja, porsi untuk empat orang ya satu kilogram itu. Setelah dibelah, dalamnya ada telor rebus, daging yang pokoke bikin klenger deh. Es campurnya juga mantaappppppp pas banget diminus saat cuaca Jogja yang puanas.


Sudah kenyang dan lelah, ngantuk pun melanda. Kami pun kembali ke hotel, sekedar mengistirahatkan dan membersihkan diri. But wait, kak Lia pengen massage also creambath juga. Ahhhhhh kebetulan saya sudah setahun lebih enggak creambath, inilah waktu yang tepat hahaha. Untungnya hotel dekat mall Galeria, jadi enggak perlu khawatir untuk keluar jauh-jauh. For the first time, saya merasakan chocolate cream chip ditambah espresso. Enaakkkkkkkk. Maap ya agak katrok, baru kali ini jajan di Starbucks haha. Malamnya setiba di hotel (setelah dilihat-lihat papa sepertinya udah zuper capek), kak Lia pun memutuskan Go-Food gudeg Yu Djum. Senangnya sekarang apa-apa kian mudah, jadi enggak perlu capek-capek lagi deh (honest review guys). 


Tapiiii, tidak berhenti disitu kawan. Tepat pukul sebelas malam, si bumil ngidam nasi kucingan. Saat itu juga kami cuuussssss menuju Gareng Petruk. Kali ini saya coba tahan sekuat tenaga supaya enggak tergiur icip-icip. Malah lagi-lagi saya tergiur dan tiba-tiba ngambil bihun goreng serta pudingnya tanpa pikir-pikir lagi. Ah yasudahlah.



Keesokan paginya kami check-out. Pukul delapan pagi. Enaknya sarapan nasi kuning. Iya, nasi kuning Banjar khas Banjarmasin. Adanya di Kindai spesialis masakan Banjar. Wah saya nostalgia deh. Terletak di jalan Jembatan Merah no.116D, selalu ramai. Pagi itu kami memesan nasi kuning Banjar dan soto Banjar. Rasanya maknyussss tenannnnn. Beneran rasanya itu khassssss banjar bangetttttttttttt, saya pikir rasanya enggak akan sesama itu, tapi ternyataaaa top markotop. Buat kamu yang ada di Jogja sekarang, jangan sampe nyesel enggak mampir kesini. Sudah puas, lanjut lagi ke perhentian terakhir, mall Ambarukmo. Disitu kami berburu mochi Sakura (awalnya sih gitu) tapi malah tergiur es krim buah disebelahnya, Paletaswey. Kak Lia memilih es krim buah sirsak, mama dengan es krim buah mangga dan saya menyesap es krim buah blueberry dan susu. Mantap banget perpaduan manisnya susu dan asamnya blueberry (yang  bikin saya berkali-kali mau terbang aja langsung ke sini heuh).


Waahhhh setelah saya recam perjalan ke Jogja kali ini, ternyata capeknya terbayar dengan makan zuper banyak. Memang deh, Jogja tempat yang cucok banget untuk kulineran. Semoga lain waktu bisa lebih explore Jogja lagiiiiii. Sampai jumpa lagi di next trip selanjutnya ya, Jogja. 

books

Book Series: August

September 01, 2018


Agustus, saya hanya menghabiskan dua buku saja. Padahal banyak sekali antrian yang harus dihabiskan pada bulan Agustus, sayangnya saya selalu sibuk dengan tugas kuliah atau selalu tidur lebih awal (biasanya jam-jam malam saya mulai aktif membaca).

20s. Entah kenapa secara kebetulan saya lebih menyukai membaca buku non-fiksi ketimbang fiksi. Apalagi sekarang lagi maraknya buku self-help. Mungkin saya lagi gencar-gencarnya butuh pencerahan dan genre yang baru, jadi setiap ada yang sekiranya pas dengan mood saya dengan genre yang pas, suka senyum-senyum sendiri tuh kalau di toko buku (untung sepi haha). 


Rating: ☆☆☆☆

Untuk buku yang pertama dari kak Marcella Purnama, What I Wish I Had Known. Cetakan pertama pada bulan Juni 2017. Waktu itu saya lagi bingung banget harus beli buku yang mana. Hampir dua jam saya keliling-keliling ke semua rak, tapi belum ada yang sreg di hati. Kamu juga pernah enggak keliling rak berjam-jam tapi enggak menemukan yang pas? haha. Covernya itu loh yang bikin saya jatuh cinta pada pandangan pertama haha. Saya buru-buru baca sinopsisnya dan "Nahhhh, ini nih yang daritadi di cari-cari". So, buku ini based on true story si penulis.Tentang dia pertama kali sekolah ke luar negeri, harus beinteraksi dengan lingkungan yang baru dengan bahasa inggris yang masih pas-pasan, tentang passion, pekerjaan, best friend pokoknya overall aku sukaaaaaaaa. Bahasanya mudah dimengerti dan saya juga jadi sedikit-sedikit belajar bahasa inggris juga hehehe (btw buku ini berbahasa inggris ya). Bukunya yang enggak besar, jadi bisa dibawa kemana aja dan enggak ribet. Ada ilustrasinya walaupun enggak full. Baca ini membuat saya memiliki pandangan yang baru. Walaupun saya enggak bisa selesai dalam sekali duduk tapi deep banget, sangat disayangkan hanya dibaca saja tanpa direnungi juga. Kalau disuruh milih judul mana yang paling disuka, bakal susah banget haha karena hampir semuanya saya suka. Buku ini recommended banget buat kamu. 


Rating: ☆☆☆☆

Buku kedua yang saya habiskan di bulan Agustus yaitu Am I There Yet? by Mari Andrew. Masih fresh, cetakan bulan Juli 2018. Tertarik buku ini dari instagram Bentang Pustaka, menemukan tujuan hidup dengan gaya kita sendiri. Saya pikir sih buku ini cocok juga buat saya yang lagi pengen baca self-help atau self-improvement. Buku ini lebih banyak ilustrasinya. Enggak kalah deep kok, bahkan dengan ilustrasi-ilustrasi yang diberikan, membuat saya bermain-main dengan imajinasi saya. Colorful, bikin betah dan enggak bikin mata capek. Baca buku kak Mari sih enggak butuh waktu lama untuk diselesaikan. Kadang saya juga suka random buka halaman-halamannya kalau lagi bosan, eye-cathcing banget. Dijamin kamu enggak pernah bosan, pasti ketagihan baca dan baca lagi hehe. Atau mungkin kamu angguk-anggukan kepala karena persis sama apa yang kamu alami? (ah iya, ilustrasinya full English ya). 

Nah kedua buku tersebut menjadi "The most wanted books" di rak saya haha. Apakah kamu sudah baca keduanya? Ah iya, kamu juga bisa share buku-buku self-help, self-love, atau sejenisnya yang menurutmu recommended juga hihi.

Follow on Instagram