blog

Reading on The Train

Mei 05, 2019




“Ladies and gentlemen in a few minutes Ciremai will depart from Semarang Tawang to Bandung.”
Sore itu (tepatnya Jumat lalu) saya berada di kereta. Cuaca saat itu agak cerah-cerah sendu setelah hujan. Beberapa kali selama di perjalanan menuju stasiun, saya enggak bisa menarik napas dengan tenang. Jalanan begitu ramai. Penuh sesak akan mobil dan motor. Saya begitu panik, takut ketinggalan kereta haha. Harusnya jam  setengah empat sore saya sudah bisa berangkat, ini saya baru berangkat pukul empat lebih sepuluh menit. Memang keberangkatan kereta pukul setengah enam tapi saya lebih memilih untuk menunggu lebih awal deh ketimbang harus berlari-larian karena terlambat. 
Saat kereta sudah perlahan beranjak jalan, saya mengeluarkan buku dari tas. For the first time saya menantang diri saya untuk membaca buku selama perjalanan.  Selama ini saya enggak pernah bisa dan enggak kunjung berhasil juga membaca buku selama perjalanan terutama di kereta. Baru baca satu kalimat aja udah langsung ke-distract yang lain. Entah obrolan para penumpang, notifikasi handphone atau pemadangan yang disuguhkan begitu sayang untuk dilewatnya. 
Saya memilih buku Chicken Soup for the Soul terbitan Gramedia. Saya jatuh cinta pada pandangan pertama saat membaca sinopsisnya. Saya rasa buku ini tepat sekali untuk menemani saya kemanapun dan dimanapun apalagi kalau lagi butuh asupan motivasi hehehe.  Walaupun beberapa orang bilang bahwa buku ini sangat jadul sekali, tapi bagi saya enggak apa-apa buat bacaan diusia saya yang pas banget 20an ini (pssttt, kalau kamu punya seri chicken soup apa saja, boleh dong saya dipinjami hihi bebas  versi inggris atau Indonesia).  Saya agak sedih dengan buku cetak versi bahasa Indonesia. Terutama yang saya punya sekarang yang berjudul “Waktunya Berkembang”(tentu saja judul yang diterjemahkan ke dalam Bahasa). Beberapa kali saya menemukan kalimat yang rancu dan susah dimengerti. Jadi saya pun harus mengulang membaca kalimat sebelumnya  agar lebih ngeh maksud kalimat selanjutnya.
Saya memulai membaca. Kalimat demi kalimat dapat saya cerna dengan mudah walaupun agak sedikit enggak nyaman dengan penumpang dibelakang saya yang sedang menelepon cukup kencang. Untungnya saya masih tetap memfokuskan diri pada buku yang saya pegang. Tepat lima menit membaca, fokus saya sudah hilang. Saya menutup buku sejenak dan melihat pemandangan diluar. Senja kala itu sungguh indah. Ketika saya ingin membaca kembali, saya gagal mencerna kalimat demi kalimat. Akhirnya saya simpan buku tersebut ke dalam tas.



Dan saya duduk rileks lalu menyesap kopi yang sudah mendingin. 

So, I did it! Walaupun enggak sesuai dengan ekspektasi saya (kayak di film-film, syahdu ditemani pemandangan senja yang indah sambil minum kopi), saya merasa bahwa lima menit sudah kemajuan yang baik buat diri saya. Apalagi kalau dijalankan lima menit tiap harinya. It's ok, right? Yang penting memulai dulu saja dan saya bisa mewujudkan tantangan yang susaaahhhh sekali saya jalani. Justru dari buku itulah saya mendapat inspirasi untuk selalu melakukan apapun  dimulai dari lima menit saja. Misal berangkat ke kampus atau kantor lima menit lebih cepat atau luangkan waktu lima menit sebelum mengerjakan sesuatu kayak bikin kopi atau sekedar duduk rileks, tarik napas. Memang hal kecil dan terlihat sepele tapi kalau konsisten dijalankan, saya yakin lambat laun hal itu akan merubah hidup lebih baik lagi. Setidaknya dengan satu kebiasaan baik, akan menghasilkan hasil yang baik pula. Lalu, tantangan apa yang sedang kamu jalani? 




books

Book Talk Session

Februari 05, 2019


Sepertinya sudah ketinggalan banget untuk di publish haha. Tapi yasudahlah daripada enggak ditulis sama sekali dan memang (masih) heartwarming banget bagi saya uwuuw. Akhir tahun 2018 menjadi penutup tahun yang berfaedah buat saya haha. Saya pikir bakal flat aja ternyata saya bisa bertemu teman baru yang satu frekuensi dengan saya. Iya, baca buku. Kamu tahu enggak kalau Indonesia masuk urutan kedua terendah "membaca" di dunia lho. Miris ya. Di book talk-lah saya amaze dengan mereka yang masih setia membaca buku. Apalagi sama Bu Dewi yang memang seumuran dengan mama saya saja masih antusias sekali loh dengan kegiatan membaca ini. Saya aja kadang bujuk mama buat sekedar baca majalah susahnya bukan main huhu.  Saya memang sebelumnya enggak menyangka akan ada book talk session ini. Terima kasih mbak Iluk hihi.

Workshop Semarang untuk pertama kalinya membuka sesi book talk dengan @rukospace. Tempatnya memang cucok banget untuk sharing-sharing buku. Berasa piknik haha apalagi banyak makanan dan minuman sebagai pelengkap book talk ini, beuh jadi makin betah lama-lama bahas bukunya haha. Nah ide book talk session ini berawal dari ke-bm-an mbak Iluk yang akhirnya membawa keceriaan bagi saya yang sedang galau haha. Ini pertama kalinya loh saya ikut sharing session versi book talk. Mulai dari bedah buku yang disukai, yang sedang dibaca hingga merekomendasikan berbagai macam buku seputar fantasi, self improvement sampai minimalism.


Sharing session ini enggak dipungut biaya sama sekali loh (kalau saya enggak ikut, wah pasti nyesel banget deh). Tiap peserta diperbolehkan bawa buku apa saja dan boleh bawa snack suka-suka untuk teman ngobrol. Pokoknya bener-bener berasa piknik deh haha. Saya pada saat itu hanya membawa satu buku karya Marchella FP, NKCTHI. Agak menyesal cuma bawa satu buku, jadi enggak bisa share banyak tentang buku-buku yang sudah saya baca hiks. 


Yang menarik perhatian saya adalah buku milik mbak Iluk. Siapa sih yang enggak tahu Flow magazine? Saya memang suka sekali design bahkan isi konten-konten dari majalah tersebut. Out of the box banget, tapi harganya pun bagus juga haha. Saat ini berhalu-ria sajalah untuk punya majalah itu. Betapa beruntungnya mbak Iluk bisa mendapat kado ulang tahun majalah ini, by request lagi hah. Mau dong punya teman seperti mbak Iluk juga hahaha. Oh iya satu hal lagi yang membuat saya penasaran sama isinya, judulnya Semasa. Saya lihat di instagram Post Santa, Semasa ini baru saja publish versi new cover. Lucu, warna kuning pula. Walaupun design covernya simple, tapi sedap banget dimata :''). Jadi enggak sabar ada ditangan saya sekarang haha. 


Enggak cuman itu aja, banyak buku-buku bagus juga yang sedang mereka baca. Salah satunya buku orange seperti difoto. Saya juga tertarik untuk punya bukunya walaupun di internet banyak sekali pdf versi english-nya. Usut punya usut, pdf itu termasuk pembajakan loh.Wah serem ya. Lebih baik mengeluarkan uang cukup besar tapi ori daripada gratis dan palsu, bukan? Yuk mulai sekarang sama-sama bijak ya dalam memilih buku. 

Enggak cuman bahas buku aja sih, ngebahas gaya hidup minimalism, Alzheimer (oh ya, orang yang punya hobi itu bagus banget loh daripada enggak punya hobi sama sekali. Kata Bu Dewi bahaya sekali apalagi bagi para pensiunan.), body fuel ala mbak Nida, produce bag versi mbak Iluk sampai Pasar Papringan haha. Pokoknya zuper seru lah.


Terima kasih Workshop Semarang x @rukospace, saya jadi banyak tahu buku-buku bagus yang cocok dan pas banget buat saya untuk referensi bacaan ditahun 2019 ini. Ditunggu Book Talk Volume 2 ya hehehe. Semoga tahun ini saya bisa lebih banyak dan rajin membaca buku uyeee. Begitu juga kamu ya. Semangat.....











p.s: kumpulan foto milik @workshopsemarang dan @rukospace

books

Book Series: August

September 01, 2018


Agustus, saya hanya menghabiskan dua buku saja. Padahal banyak sekali antrian yang harus dihabiskan pada bulan Agustus, sayangnya saya selalu sibuk dengan tugas kuliah atau selalu tidur lebih awal (biasanya jam-jam malam saya mulai aktif membaca).

20s. Entah kenapa secara kebetulan saya lebih menyukai membaca buku non-fiksi ketimbang fiksi. Apalagi sekarang lagi maraknya buku self-help. Mungkin saya lagi gencar-gencarnya butuh pencerahan dan genre yang baru, jadi setiap ada yang sekiranya pas dengan mood saya dengan genre yang pas, suka senyum-senyum sendiri tuh kalau di toko buku (untung sepi haha). 


Rating: ☆☆☆☆

Untuk buku yang pertama dari kak Marcella Purnama, What I Wish I Had Known. Cetakan pertama pada bulan Juni 2017. Waktu itu saya lagi bingung banget harus beli buku yang mana. Hampir dua jam saya keliling-keliling ke semua rak, tapi belum ada yang sreg di hati. Kamu juga pernah enggak keliling rak berjam-jam tapi enggak menemukan yang pas? haha. Covernya itu loh yang bikin saya jatuh cinta pada pandangan pertama haha. Saya buru-buru baca sinopsisnya dan "Nahhhh, ini nih yang daritadi di cari-cari". So, buku ini based on true story si penulis.Tentang dia pertama kali sekolah ke luar negeri, harus beinteraksi dengan lingkungan yang baru dengan bahasa inggris yang masih pas-pasan, tentang passion, pekerjaan, best friend pokoknya overall aku sukaaaaaaaa. Bahasanya mudah dimengerti dan saya juga jadi sedikit-sedikit belajar bahasa inggris juga hehehe (btw buku ini berbahasa inggris ya). Bukunya yang enggak besar, jadi bisa dibawa kemana aja dan enggak ribet. Ada ilustrasinya walaupun enggak full. Baca ini membuat saya memiliki pandangan yang baru. Walaupun saya enggak bisa selesai dalam sekali duduk tapi deep banget, sangat disayangkan hanya dibaca saja tanpa direnungi juga. Kalau disuruh milih judul mana yang paling disuka, bakal susah banget haha karena hampir semuanya saya suka. Buku ini recommended banget buat kamu. 


Rating: ☆☆☆☆

Buku kedua yang saya habiskan di bulan Agustus yaitu Am I There Yet? by Mari Andrew. Masih fresh, cetakan bulan Juli 2018. Tertarik buku ini dari instagram Bentang Pustaka, menemukan tujuan hidup dengan gaya kita sendiri. Saya pikir sih buku ini cocok juga buat saya yang lagi pengen baca self-help atau self-improvement. Buku ini lebih banyak ilustrasinya. Enggak kalah deep kok, bahkan dengan ilustrasi-ilustrasi yang diberikan, membuat saya bermain-main dengan imajinasi saya. Colorful, bikin betah dan enggak bikin mata capek. Baca buku kak Mari sih enggak butuh waktu lama untuk diselesaikan. Kadang saya juga suka random buka halaman-halamannya kalau lagi bosan, eye-cathcing banget. Dijamin kamu enggak pernah bosan, pasti ketagihan baca dan baca lagi hehe. Atau mungkin kamu angguk-anggukan kepala karena persis sama apa yang kamu alami? (ah iya, ilustrasinya full English ya). 

Nah kedua buku tersebut menjadi "The most wanted books" di rak saya haha. Apakah kamu sudah baca keduanya? Ah iya, kamu juga bisa share buku-buku self-help, self-love, atau sejenisnya yang menurutmu recommended juga hihi.

books

Book Series: July

Agustus 06, 2018


Bulan Juli lalu saya menghabiskan tiga buku yang ternyata semuanya membuat saya baper dan emosi sekaligus haha. Tanpa sengaja juga ketiga buku tersebut memiliki sisi gloomy. Jadi saya mau enggak mau terus-terusan merasa gloomy setelah membaca buku pertama (One Hundred Names) hingga buku ketiga (See Jane Run). Maka dari itu saya menamakan bulan Juli lalu sebagai Book Series: Gloomy Season. 


Saya merasa update kali ini telat banget, padahal harusnya di publish saat awal memasuki bulan Agustus tapi apa daya jaringan dirumah jelek sekali ditambah angin yang begitu kencang membuat saya jadi mager kemana-mana also jeng jeng jeng saya berhasil menghabiskan tiga buku sekaligus di bulan yang sama (senenggggggggg). Maklum aja biasanya sebulan cuma bisa habis satu buku, sengaja enggak buru-buru supaya bisa meresapi alurnya dengan baik (ngeles dikit boleh lah). Kamu juga begitu enggak? apalagi saya harus benar-benar cari waktu yang pas banget supaya bisa fokus. 

Honestly, bulan lalu memang banyak sekali buku yang harusnya dibaca. Namun, saya enggak sanggup lagi untuk baca lebih banyak buku lagi, alhasil buku tersebut jatuh ke bacaan bulan Agustus deh. Berikut buku yang akan saya bahas sedikit di (perdana) book series ini.

One Hundred Names by Cecelia Ahern

Rating: ☆☆☆☆

Buku ini menceritakan kisah tentang rahasia, kesempatan kedua dan koneksi tersembunyi yang menyatukan hidup. Kitty Logan, si pemeran utama, memiliki masalah besar dalam hidupnya terutama di kehidupan karirnya sebagai jurnalis. Rekan, sahabat sekaligus mentornya, Constance, ini mengetahui segala hal tentang Kitty. Saat itu Conctance sedang berbaring lemah di rumah sakit, Kitty bertanya "Hal apa yang ingin kamu tulis?". Jawabannya terdapat di secarik kertas yang tidak ada catatan bahkan penjelasan sekali pun. Tetapi saat Kitty hendak bertanya, semua sudah terlambat. Perjalanan pun dimulai. 

Dannnnnnn ditengah-tengah perjalannya Kitty, saya sempet gregetan sama sikapnya yang gampang nyerah dan selalu menunda-nunda pekerjaannya itu. Tapi disisi lain saya merasa iba dan sedih saat ia mendapat teror-teror yang menurut saya parahnya kebangetan sih. Mulai serunya itu perjalannya mengunjungi nama-nama yang harus dia wawancarai, membaca ceritanya yang unik dan beragam serta saat mereka mengendarai bis panti jompo (langsung gaspol baca berbab-bab). Buku ini saya habiskan tepat satu minggu sebanyak 459 halaman dan saya enggak menemukan typo satu pun. Of course saya enggak bisa mengira-ngira adegan berikutnya apa dan endingnya, jadi saya puas baca buku ini. Diceritakan secara detail juga yang membuat buku ini tebal dan enggak begitu membuat saya bosan. Bisa dibilang pemeran utama ini sebagai gloomy girl, karena di awal-awal tokoh tersebut merasa ingin sendiri dan berhak untuk sendirian selama hidupnya, ya seputus asa itu :(. One hundred Names cocok buat kamu yang suka penasaran dengan hal-hal yang berbau mistery dan kehidupan..

Priceless Moment by Prisca Primasari

Rating: ☆☆☆☆☆

Lagi-lagi saya dibuat terharu dengan karyanya kak Prisca yang satu ini. Walaupun buku lama, syukurlah saya bisa baca karya-karyanya (walaupun sampe sekarang masih mengincar buku-buku lainnya yang sudah enggak ada di toko buku huhu). Yang saya suka hinga rela mencari kemana pun buku-bukunya ialah ciri khasnya yang enggak pernah hilang, saya selalu dibuat terhanyut begitu dalam bersama tokohnya (Liquor ma babe). 


Walaupun kisah-kisah tentang anak dan ayah sudah enggak asing lagi, tapi kak Prisca mengemasnya dengan apik dan heartwarming sekali. Sempat saya meneteskan air mata saking baper banget kali ya haha. Tapi saya enggak memerlukan waktu lama membaca habis buku ini, hanya dua hari saja (itu sih lama sel). Padahal bisa sih hanya sekali duduk, tapi lagi-lagi saya perlambat hehe. Yaaaahhh walaupun saya bisa menebak endingnya, tetep aja saya enjoy banget karena bahasanya yang mudah sekali dimengerti dan flowingnya beuhhhhh membuat saya enak banget ngikutinnya. Tiba-tiba enggak kerasa aja gitu udah di pertengahan bab. Plotnya juga dikemas dengan apik. Keterkaitan tokohnya juga relate-able, dan kisah romantisnya yang manis bagai cokelat (jadi pengen booo). Kisah ini membuat saya membuka mata hati terdalam (puitis euy) bahwa waktu itu begitu berharga sekali apalagi bersama orang terkasih kita. Cocok banget buat kamu yang senang akan cerita keluarga yang gloomy dan manis serta Jerman. 

Mengapa selalu harus ada yang dikorbankan, atau berkorban, agar seseorang menyadari betapa berharga hal-hal yang mereka miliki?

See Jane Run by Joy Fielding

Rating: ☆☆☆

Buku ini memang lebih tebal dibandingkan buku lainnya. 555 halaman yang membuat saya jadi semangat kalo punya buku tebal-tebal begini hehehe (saya tamatkan hanya dalam waktu 4 hari saja) dan ada noda kopi di lembar pertama yang sengaja ditumpahkan oleh kakak saya (usil banget). 

Sinopsisnya sih membuat saya tertarik. Dalam benak saya waktu itu kok bisa ya si pemeran utama a.k.a Jane Whittaker enggak ingat dirinya siapa tapi dalam kantong jaketnya terdapat uang 10.000 USD. Coba kalau di rupiahkan kira-kira berapa ya? (malas ngitung haha). Honestly, hingga sekarang dan detik ini, saya masih inget bangettttttt scene yang buat saya (boom) menganga sekaligus membuat saya baca marathon di pertengahan bab hingga akhir. Cocok banget buat kamu yang suka kisah misteri. Walaupun saya sempet kesal di awal-awal yang selalu bergulat dengan batin dan pikiran tokoh itu sendiri yang sangat ditulis mendetail dan rasanya mau skip aja deh. No typo again dan endingnya parah sih (just my opinion) seneng banget akhirnya kisah "sebenarnya" terkuak dan bikin skak matt ntuh laki (maap emosi). Kesan gloomy dan emosi-nya masih tetap ada di novel ini. Pokoknya ada tahap scene dimana saya kesel max dan sedihhhhhh sekaligus. Ah iya, buku ini di rekomendasikan buat kamu yang diatas 20 tahun ke atas ya, ada adegan yang yaaaaaaa you know lah (detail pula, ku hanya bisa geleng-geleng).

Itulah ketiga buku yang saya tuntaskan pada bulan Juli. Adakah rekomendasi buku untuk saya dibulan Agustus ini?

blog

The Authors

Februari 12, 2018



Setiap orang pasti punya tokoh yang bisa ia banggakan bahkan mungkin menjadi inspirasi hidupnya. Tak terkecuali saya, semenjak saya mengenal Kak Ozu walaupun hanya melalui media sosial di Instagram, saya sudah begitu tertarik dengan feeds Instagramnya bahkan blog yang ia buat. Enggak tanggung-tanggung juga sih, bahkan saya langsung membeli bukunya yang berjudul Perjalanan, cinta dan makna perempuan. Dari judulnya aja udah menarik banget, gimana isinya coba. Untung saja masih banyak tersedia di toko buku. Tanpa berpikir panjang saya pun langsung membelinya hahaha. saya memang tipe orang yang enggak cukup sabar kalau soal buku, pengennya beli tanpa memikirkan budget ke depannya (bahaya banget ya haha) dan exactly, saya takut kehabisan hahaha.

Kata dosen saya, kalau orang itu sudah suka bahkan cinta mati dengan produk yang dia inginkan, mau berapapun harganya pasti enggak menghiraukan semahal apapun harga barang yang dia mau.  

Ternyata benar juga ya, saya pun mengalami hal yang sama. Kadang saya kalap kalau sudah ada bazar buku atau sale book. Tapi saya juga sedih disaat sedang menabung untuk satu buku yang saya inginkan, datanglah buku baru yang membuat saya tertarik ingin membeli. Ini jelas-jelas telah menggoyahkan tekad saya untuk membeli buku yang sudah saya targetkan, akhirnya kadang saya senang menunda membeli buku yang saya inginkan dulu setelah itu saya membeli buku yang baru release (parah kan hahaha). Mungkin ini enggak berlaku bagi yang lain. Karena teman saya memang kuat banget buat nahan dan enggak kalap kalau ada sale book. Menurut saya itu hebat dan patut di contoh sih hahaha. 

Salah satu blog yang enggak pernah absen saya baca❤❤❤

Honestly, saya sukaaaaaa banget gaya bahasanya Kak Ozu, cara penyampaiannya yang sederhana dan benar-benar menarik untuk dibaca. Kalau saya pribadi sih semua postingan Kak Ozu ini aku suka tanpa terkecuali deh :D (enggak boong nih). Apalagi postingan Kak Ozu yang Thought itu bener-bener membuat saya "ohhhhhh ternyata begini ya" dan membuat saya punya pemikiran yang baru. 

Bukunya kak Ozu yang selalu saya bawa kuliah hehehe

Sebenarnya itu foto 2 tahun lalu pas saya baru banget masuk kuliah (ya saya sudah punya buku itu sudah lama), tapi sampai sekarang pun masih saya baca ulang dan saya bawa kemana-mana hehehe. Saya tipe orang yang kadang bosen banget menatap layar handphone berjam-jam yang membuat mata saya perih sekaligus berair. Duh bahaya banget kan buat kesehatan mata (Alhamdulillah mata saya masih sehat). Jadi saya pun selalu bawa stok buku satu di tas kalaupun bepergian jauh. Supaya buku enggak rusak, tetap saya masukkan ke booksleeve andalan saya hahaha. Bukunya Kak Ozu ini bener-bener colourfull. Banyak banget foto-foto Kak Ozu yang menarik dan sesuai dengan yang ada di deskripsikan dalam setiap babnya. saya kan jadi makin jatuh cinta sama bukunya hehehe. Sempat waktu itu teman saya mau pinjam, namun saya masih baca dan takut bukunya rusak jadi saya urungkan untuk meminjamkannya (jahat ya). Kadang kalau sudah jatuh cinta sama buku tuh suka eman-eman banget gitu, takutnya terlalu berlebihan haha takut yang bukunya rusak, terlipat-lipat, kotor bahkan hilang. duuuhh jangan sampai terjadi deh :(.

Tapi ngomong-ngomong soal buku, enggak afdol juga ya baca buku tapi enggak ngemil atau minum apa-apa hahaha. saya termasuk orang yang doyan banget baca buku sambil minum secangkir cokelat hangat. Apalagi kalau sudah ditambah cemilan-cemilan, wah makin betah berjam-jam baca buku deh. 

ini hot chocolatte favorit saya❤❤❤

Nah, enggak cuman Kak Ozu aja nih. Saya juga langsung tuh beli bukunya kak Gita Savitri. Soalnya saya pikir-pikir genre bukunya sama nih kayak Kak Ozu, jadi seperti biasa saya langsung meluncur ke toko buku dengan alasan yang sama, takut kehabisan hahaha. 


Namanya juga bookslover ya, buka bungkus plastiknya aja seneng banget, apalagi kalau sudah megang sambil dibuka dan dihirup bau khas buku baru (ini lebay banget sih) BEUHH betapa bahagianya saya hahaha. Namun untuk buku Kak Gita yang berjudul Rentang Kisah ini tidak terlalu banyak gambar. Hanya beberapa saja dan itu pun tidak berwarna. Jadi saya agak sedih sih. Tapiiii eh tapiiiii, ceritanya saya tetap suka kok. Ternyata sekolah itu enggak mudah ya, disini saya benar-benar diajak untuk merasakan betapa berat perjuangan Kak Gita Savitri untuk bisa sekolah ke Jerman apalagi kondisinya teman-teman sebaya kita sudah diterima di universitas pilihan mereka. Duhhh baper juga bacanya. 

Mungkin kalian bosen ya kok bahas bukunya genre motivasi gini. Saya juga punya kok penulis novel andalan saya yang memang saya suka sekali dengan gaya kepenulisan dan idenya yang khas. Siapa lagi kalau bukan Kak Prisca Primasari. Wah jangan ditanya deh, hampir semua novelnya saya suka (yaah walaupun ada beberapa yang belum saya miliki) but saya tetap suka, titik. Apalagi judul novel Kak Prisca yang Purple Eyes, walaupun tipis tapi ngena banget di hati deh (cielah). Topiknya yang berbeda serta dicampur dengan bumbu-bumbu khas ala Kak Prisca inilah buku setipis ini menjadi spesial banget buat saya. Diantara buku Kak Prisca yang saya kagumi, yang paling saya favoritkan itu Love Theft. Enggak tau kenapa, saya kok dibuat tergila-gila ya dengan tokohnya. Sampai-sampai saya jadi fangirlnya Liquor deh. Bahkan saya sampai baca slide story mereka di tumblr-nya Kak Prisca haha (sampai segitunya saya bela-belakan ya). Namanya orang sedang jatuh cinta ya apapun akan selalu diusahakan kan? hehehe. Dan sekarang saya sedang menunggu sekuel novel Love Theft yaitu Lovely Heist. Sedih sih karena awalnya akan terbit bulan Desember. Namun sampai Februari ini belum kunjung terbit-terbit juga. semoga secepatnya bisa diterbitkan yaaaa. Saya tau sih menerbitkan buku itu kadang susah dan butuh waktu yang lama jadi harus sedikit lebih sabar lagi huhu.



Purple Eyes bersama dengan booksleeve kesayangan saya hehe

Semoga dengan adanya kecanggihan teknologi ini, minat baca di kalangan anak muda makin banyak ya. Kan sekarang bahan bacaan bisa di akses lewat internet tuh, jadi enggak usah pusing-pusing lagi deh buat baca buku jauh-jauh dan enggak perlu waktu yang lama lagi. Dan juga sih saya berharapnya supaya banyak anak-anak muda mulai giat menulis di blog hehehe.

Follow on Instagram