books

Book Talk Session

Februari 05, 2019


Sepertinya sudah ketinggalan banget untuk di publish haha. Tapi yasudahlah daripada enggak ditulis sama sekali dan memang (masih) heartwarming banget bagi saya uwuuw. Akhir tahun 2018 menjadi penutup tahun yang berfaedah buat saya haha. Saya pikir bakal flat aja ternyata saya bisa bertemu teman baru yang satu frekuensi dengan saya. Iya, baca buku. Kamu tahu enggak kalau Indonesia masuk urutan kedua terendah "membaca" di dunia lho. Miris ya. Di book talk-lah saya amaze dengan mereka yang masih setia membaca buku. Apalagi sama Bu Dewi yang memang seumuran dengan mama saya saja masih antusias sekali loh dengan kegiatan membaca ini. Saya aja kadang bujuk mama buat sekedar baca majalah susahnya bukan main huhu.  Saya memang sebelumnya enggak menyangka akan ada book talk session ini. Terima kasih mbak Iluk hihi.

Workshop Semarang untuk pertama kalinya membuka sesi book talk dengan @rukospace. Tempatnya memang cucok banget untuk sharing-sharing buku. Berasa piknik haha apalagi banyak makanan dan minuman sebagai pelengkap book talk ini, beuh jadi makin betah lama-lama bahas bukunya haha. Nah ide book talk session ini berawal dari ke-bm-an mbak Iluk yang akhirnya membawa keceriaan bagi saya yang sedang galau haha. Ini pertama kalinya loh saya ikut sharing session versi book talk. Mulai dari bedah buku yang disukai, yang sedang dibaca hingga merekomendasikan berbagai macam buku seputar fantasi, self improvement sampai minimalism.


Sharing session ini enggak dipungut biaya sama sekali loh (kalau saya enggak ikut, wah pasti nyesel banget deh). Tiap peserta diperbolehkan bawa buku apa saja dan boleh bawa snack suka-suka untuk teman ngobrol. Pokoknya bener-bener berasa piknik deh haha. Saya pada saat itu hanya membawa satu buku karya Marchella FP, NKCTHI. Agak menyesal cuma bawa satu buku, jadi enggak bisa share banyak tentang buku-buku yang sudah saya baca hiks. 


Yang menarik perhatian saya adalah buku milik mbak Iluk. Siapa sih yang enggak tahu Flow magazine? Saya memang suka sekali design bahkan isi konten-konten dari majalah tersebut. Out of the box banget, tapi harganya pun bagus juga haha. Saat ini berhalu-ria sajalah untuk punya majalah itu. Betapa beruntungnya mbak Iluk bisa mendapat kado ulang tahun majalah ini, by request lagi hah. Mau dong punya teman seperti mbak Iluk juga hahaha. Oh iya satu hal lagi yang membuat saya penasaran sama isinya, judulnya Semasa. Saya lihat di instagram Post Santa, Semasa ini baru saja publish versi new cover. Lucu, warna kuning pula. Walaupun design covernya simple, tapi sedap banget dimata :''). Jadi enggak sabar ada ditangan saya sekarang haha. 


Enggak cuman itu aja, banyak buku-buku bagus juga yang sedang mereka baca. Salah satunya buku orange seperti difoto. Saya juga tertarik untuk punya bukunya walaupun di internet banyak sekali pdf versi english-nya. Usut punya usut, pdf itu termasuk pembajakan loh.Wah serem ya. Lebih baik mengeluarkan uang cukup besar tapi ori daripada gratis dan palsu, bukan? Yuk mulai sekarang sama-sama bijak ya dalam memilih buku. 

Enggak cuman bahas buku aja sih, ngebahas gaya hidup minimalism, Alzheimer (oh ya, orang yang punya hobi itu bagus banget loh daripada enggak punya hobi sama sekali. Kata Bu Dewi bahaya sekali apalagi bagi para pensiunan.), body fuel ala mbak Nida, produce bag versi mbak Iluk sampai Pasar Papringan haha. Pokoknya zuper seru lah.


Terima kasih Workshop Semarang x @rukospace, saya jadi banyak tahu buku-buku bagus yang cocok dan pas banget buat saya untuk referensi bacaan ditahun 2019 ini. Ditunggu Book Talk Volume 2 ya hehehe. Semoga tahun ini saya bisa lebih banyak dan rajin membaca buku uyeee. Begitu juga kamu ya. Semangat.....











p.s: kumpulan foto milik @workshopsemarang dan @rukospace

feelings

End of The Year

Januari 27, 2019


Banyak orang beranggapan bahwa melakukan suatu pekerjaan harus dijalani dengan sepenuh hati. Tapi nyatanya enggak semua orang melakukan hal demikian. Banyak juga diantara mereka yang rela melakukan hal diluar kata hatinya hanya demi goals semata atau mungkin agar dianggap oleh orang lain. Ujung-ujungnya jadi enggak menyayangi diri sendiri bahkan tertatih-tatih. 

Saya jadi flashback. Saya melihat semua orang merencanakan tahun baru disana dan disini. Janjian dengan ini dan itu. Rasanya mereka bahagia sekali menyambut tahun baru. Saya kembali bercermin pada diri saya dan merenung. Untuk pertama kalinya saya merayakan tahun baru enggak dirumah. Kosan sepi sekali. Sedih rasanya. Saat itu saya sudah mulai magang. Ingin rasanya pulang tapi banyak sekali pertimbangannya. Mulai harga tiket kereta yang mahal sampai waktu libur yang enggak panjang. Agak mustahil ya berharap keluarga saya yang mendatangi saya ke Semarang. Enggak tega aja kalau mereka harus menyiapkan tenaga dan waktu untuk menghampiri saya. Jadi saya pun mencoba untuk biasa saja haha walaupun pada akhirnya saya sempat nangis juga sih, payah hihi. 

Saya pun kembali menjalani rutinitas seperti biasa. Enggak begitu memikirkan tahun baru mau apa dan dimana karena setelah dipikir-pikir toh sama aja sih kayak hari-hari biasanya (tetep aja baperan anaknya). Mungkin yang membedakan hanya momentnya saja (mencoba menghibur diri). Daripada saya mikirin hal yang enggak penting, mending saya baca-baca buku atau sekedar menonton gameplay saja di youtube saat itu apalagi musim liburan ya, wifi lancar jaya haha. Jadi saya enggak mau muluk-muluk maksain diri kalau tepat malam tahun baru harus ini itu. Cukup melakukan dua hal yang tadi saya sebutkan saja sudah senangnya bukan main kok hihi (lagi-lagi menghibur diri).
.
.
.
.
.
.
Nyatanya, semua diluar dugaan saya.


Hari minggu sebelum tahun baru saya menerima telepon berkali-kali dari mama. Kondisinya saat itu memang saya masih tidur. Saya kira ada hal penting atau apa, ternyata mengabari kalau beliau sudah masuk tol menuju Semarang. Waahhhh tentu saja saya seneng banget. Untungnya sehari sebelum mereka datang, saya sudah beberes kamar hihihi. Saya juga kaget kalau mereka datang cepat sekali. Sekitar jam dua siang mereka sudah datang sambil membawa tiga bungkus nasi padang (minus kakak saya). Kalau enggak ada tol Trans Jawa, pasti mereka sampai di Semarang saat malam hari. Saat mereka datang saya seneng bangetttt, saya peluk-peluk dan cium mama haha. Papa waktu itu langsung masuk ke kamar dan membuka bungkus nasi padang favoritnya. Kami pun bertiga makan sambil cerita banyak hal. Mungkin kali ini mama yang terlalu excited untuk liburan. Malamnya, mama sudah plan kesana kesini saat saya berangkat ke kantor. Saya sih ngangguk-ngangguk aja deh supaya mama seneng hahaha. 


Saat tiba malam tahun baru, hujan deras sekali. Kami pun bertiga sebenarnya enggak tau ya mau kemana apalagi kondisi hujan deras begitu. Lalu kami pun juga tau pasti kalau mau ke Simpang Lima bakalan macet parah. Jadi yaaaaa kami akhirnya tetap jalan-jalan saja alias muter-muter dulu kali ada tempat yang cocok untuk disinggahi. Saya bersyukur sekali, dibawah hujan yang cukup deras masih bisa menikmati kebersamaan dengan mereka dalam diam sesekali saya mendengar sayup-sayup suara radio di mobil. Saya juga seringkali mengintip raut wajah mereka dari tempat duduk saya. Rasanya saya enggak siap harus ditinggal sendiri lagi dikos. Kadang hal seperti itu pernah saya hindari hanya takut saya enggak bisa melepasnya begitu lama. Saya juga sempat enggak mau pulang. Saya takut nantinya terlalu betah dirumah. Saya takut terus-menerus dikelilingi kesedihan. Egois sih, tapi mau bagaimana lagi. Saya juga harus belajar kuat. Toh dari sinilah saya jadi menghargai waktu sekaligus menghargai indahnya jauh dari orang tua. Kalau saya enggak jauh dari orang tua begini, kayaknya saya enggak bisa ngerasain serindu-rindunya sama mereka deh dan mungkin saya pasti enggak bakal ngerasain pentingnya momen kecil bersama mereka. 


Akhirnya kami tiba di Taman Indonesia Kaya. Pas banget waktu itu hujan sudah reda. Gemerlap lampunya pun sedap dimata. Kami pun menyusuri taman tersebut. Sempat juga kami berfoto-ria disana. Ramai. Ada pertunjukan wayang juga. Sayangnya setelah kami menyusuri taman, hujan mulai turun. Jadi kami pun kembali ke mobil. Waktu itu masih menunjukkan jam sembilan. Kami memutuskan untuk balik saja ke kos karena kami pikir ini juga hujan. Jadi kami pun lebih memilih menyantap pizza sambil menunggu jam dua belas tepat. Saat tahun baru tiba, saya enggak bisa melihat jelas kembang apinya (lebih tepatnya malas keluar teras kos hehe) ditambah hujan rintik-rintik. Papa pun sudah terlelap tidur hahaha. Saat tahun baru tiba yang saya lakukan adalah menatap mata mama dan memeluk mama sambil berbisik "Selamat tahun baru ma" lalu kita kembali menyantap pizza banyak sekali sampai kekenyangan haha.

Kadang saya sendiri terlalu egois. Semua yang telah saya rencanakan harus sesuai dengan apa yang saya mau. Padahal buat apa sih harus muluk-muluk begini dan begitu agar diakui orang lain atau bahkan supaya terlihat perfect. Nyatanya, kita bisa kok nikmati moment yang ada dengan hati yang lapang tanpa harus mengorbankan banyak hal. The point is to find or create moments of happiness throughout your days and make sure you are aware of them when it happens. Happiness is everywhere let it be. Just enjoy your life every step of the way. 

"Enjoy the little things in life because one day you will look back and realize they were the big things". -Robert Brault-  

(@sheillamasusita) pada

Follow on Instagram