Self-love #1

Maret 19, 2018




Saya posting ini karena memang saya mendapat banyak banget pencerahan bahkan semangat baru yang enggak biasa saya dapatkan sebelumnya. Mungkin enggak cuma saya yang menulis tentang ini, tapi untuk kali pertama saya ingin berbagi apa yang saya pikirkan minggu-minggu ini. Semoga bermanfaat yaaaaaaa :)



Kalian pernah enggak sih setelah sibuk dan padatnya kegiatan seminggu ini, merasa lelah yang amat lelah dan pengen rasanya cari suasana baru? Sepertinya semua orang merasakan itu ya haha. Nah saya pun sedang mengalami hal yang sama. Saya tuh pengen ini itu kadang sampe lupa diri untuk membatasi mana yang butuh dan enggak. Apalagi kalau pengen coba makanan baru, suka kalap dan enggak inget uang yang harus dipertahankan sampe batas waktunya haha dan ujung-ujungnya pusing deh mikirin gimana selanjutnya. Atau mungkin kalian pernah merasakan lelah berkomunikasi dengan siapapun? atau kalian pernah ngerasain saat saking lelahnya sampe-sampe betah seharian dikamar yang notabene kamu itu suka merasa sumpek dikamar? atau nih ya atauuuuuuuuuu mood kamu sering banget berubah-ubah? yaaahhhhhhhhhh kalau begitu saya punya teman nih untuk berbagi hahaha.


Ini sih sesuai dari pandangan saya aja ya. Akhir-akhir ini memang saya tuh sering merasa tiba-tiba kesepian, butuh kesibukan yang baru, kadang juga ngerasa capek banget sama apa yang udah dijalani sampe kadang nangis enggak jelas saking banyaknya pikiran yang campur aduk di otak. 

Honestly, saya berpikir mungkin karena saya hidup yang terlampau biasa-biasa aja dan suka nyantai banget akhirnya setelah dapet kesibukan sedikit malah drop. Ketemu sama pekerjaan yang enggak suka, langsung rasanya mau ngilang aja gitu ditelan bumi. Sering juga mood saya yang tadinya seneng banget tiba-tiba sedih hingga berlarut-larut. Saya sadar bahwa enggak boleh nih begini terus. Kalau dibiarkan lama-lama bisa kebiasaan deh, kan enggak bagus banget. Makanya saya kadang suka bercermin dari orang-orang terdekat saya. Mereka aja enggak pernah putus asa bahkan selalu bekerja keras sama apa yang sedang mereka jalani. Apalagi melihat raut wajah cerianya aja udah buat saya ikut ceria juga. Tapi, apa yang kita lihat kadang kebalikan loh. Mungkin kita menilai bahwa dia tuh hebat bisa kenal dengan banyak orang, punya karya yang dikenal khalayak sampe kita juga menilai bahwa hidupnya beruntung banget. Padahal orang yang kita nilai itu jauhhhhh merasa hal demikian. Bahkan mereka merasa biasa-biasa aja tuh hidupnya, malahan dia menilai hidup orang lain lebih beruntung dari dirinya sendiri. Waktu itu saya iseng-iseng bikin akun di Medium. Pas banget saya menemukan satu artikel yang menggugah hati dan pikiran saya. Judulnya Don't Let Your Inner Critic Destroy Your Creativity. Artikel ini berbicara tentang inner critic kita terhadap diri sendiri persis yang tadi saya sebutkan diatas. Saya sendiri pernah merasakan ragu dengan tulisan saya ini. Kadang saya pasrah aja gitu posting blog, kalau banyak baca syukur kalau enggak juga ya enggak apa-apa. Pikiran saya saat itu bahwa tulisan ini khusus didedikasikan untuk saya pribadi jadi saya enggak mau muluk-muluk berharap banyak yang baca. Tapi lambat laun mulai muncul readers yang kadang membuat saya shock karena begitu meningkat drastis. Ada juga yang bilang ke saya kalau dia suka dengan tulisan saya. Sempat masih heran sih, kok tulisan se-sederhana ini kok dia suka ya. Namun kembali lagi saya berpikir bahwa buat apa saya punya pemikiran seperti itu, yang ada malah membuat saya down dan enggak percaya diri dengan hasil yang saya buat.

"This often happens with us writers and other kinds of artists. For example, we begin writing a story and then grow bored with it or think it is absolutely horrible. However, our friends read it and love it and tell us we must continue writing it. However, when you become more skilled, you become a harsher critic of yourself. You understimate your ability compared to others. You don't realize how good your work is"


Nah selain menghindari negative inner criticism dan percaya diri, lalu hal penting apa yang harus kita lakukan? Bersyukur. Satu kata ini buat saya udah mewakili semuanya sih. Dengan bersyukur, saya bisa memahami diri saya sendiri. Dengan bersyukur, saya lebih mendekatkan diri dengan yang Maha Kuasa. Dengan bersyukur saya juga bisa hidup lebih baik. Dengan bersyukur saya enggak membanding-bandingkan hidup saya dengan orang lain. Dan dengan bersyukur pulalah saya mengerti bahwa hidup itu enggak lurus dan selalu bahagia. Saya sih yakin dengan adanya rasa-rasa itu malah membuat saya semakin belajar banyak. Bercermin bukan berarti untuk membandingkan diri kita dengan orang lain. Wah jangan sampe ya, membandingkan seperti itu yang ada malah bikin kita makin down. Terus wajar enggak sih merasa capek yang amat besar, merasa takut atau sedih berlarut-larut atau mungkin ingin sendiri selama beberapa hari atau bisa dibilang sedang di tahap terendah? Setiap orang pasti punya tahap terendahnya masing-masing tergantung orang tersebutlah menyikapi hal itu. Buat saya, hal semacam itu wajar banget terjadi di diri kita. Dengan adanya perasaan seperti itu, akan membuat diri bereksplorasi untuk mencari-cari mana yang tepat. Kalau saya malah memberi waktu untuk diri sendiri jika sedih, murung, dilema bahkan enggak mau terlihat siapa-siapa. Setelah itu, lambat laun rasa itu akan hilang sembari berinteraksi. Salah satunya berbicara pada diri saya sendiri. Saya sering loh melakukan ini sebelum tidur. Bukan berarti saya gila ya hehe enggak kok. Dengan cara inilah saya berinteraksi dengan diri saya, mana yang harus saya ambil dan saya buang. Mana yang harus jadi pembelajaran dan mana yang harus saya kembangkan. Dari situlah saya bersyukur. Dengan berbicara monolog seperti ini malah membuat saya jadi berpikir "oh iya iya kenapa saya tuh sedih sampe berlarut-larut. Mulai bangkit lagi dari sekarang". Begitu terus terulang di hidup saya. Pagi-pagi saat terbangun, saya merasa ada energi baru deh untuk menjalani hari.


Jadi berbicara kepada diri sendiri ini semacam detox pikiran dan hati buat saya. Enggak mungkin juga kan setelah kita melewati tahap itu, lalu kita enggak bakal merasakan lagi? Pasti di kemudian hari kita merasakan rasa yang sama, cuma bagaimana reaksi kita terhadap hal tersebut apalagi kalau sudah sering terjadi di diri kita. Saya percaya (syukur-syukur) sudah bisa beradaptasi jadi enggak perlu lagi deh waktu terbuang sia-sia dan enggak perlu lagi terlalu banyak merenunggg sendiri. 




Seperti saat ini, saya bergabung dalam tim Workshop Semarang yang awalnya enggak pernah saya pikirkan. Saya pernah membayangkan seperti orang-orang disana yang tergabung dalam tim semacam ini juga. Tapi waktu itu saya belum ada minat untuk bergabung. Why? Karena saya selalu insecure dengan diri saya. Saya takut kalau enggak bisa ngejalaninnya, saya takut saya enggak ahli dibidang itu, saya takut enggak bisa berbaur dengan yang lain dan takut-takut lainnya. Namun, kali ini saya mencoba untuk melawan ketakutan saya. Saya harus explore diri supaya saya bisa mengembangkan diri ini yang terlalu lama nyantai atau hidup di zona nyaman. Saya ingin belajar banyak dari orang-orang, saya ingin belajar team work, saya ingin juga bisa melek teknologi. Makanya saya dengan tekad dan keyakinan hati, daftarlah saya menjadi bagian Workshop Semarang. Sempat saat itu saya deg-degan. Kembali insecure itu datang berbisik di hati dan pikiran saya. Apa saya bisa menjalani itu nanti kedepannya? ikut organisasi yang masih lingkup dalam aja masih suka insecure gimana yang lebih luas lagi? wah pokoknya hati dan pikiran saya campur aduk dan sempat putus asa juga. Tapi saya tetap meyakinkan diri harus percaya diri. Kapan lagi di usia seperti ini saya bisa explore banyak pengalaman? kapan lagi saya bisa melawan ketakutan ini kalau enggak mulai dari sekarang? Alhamdulillah sekali ternyata saya diterima dengan hangat. Jujur aja, pertama saya melihat Mbak Iluk tuh first impression saya adalah CERIA dan RAMAH. langsung saya terpikir, enak banget ya kalau bisa kerja bareng sama Mbak Iluk, orangnya ceria terusssss jadi seneng liatnya. Jadi cerianya itu menular ke saya. Makanya saya jadi semangat banget waktu itu ikut Creative Journaling Workshop. Udah gitu mentornya, Kak Rara, juga enak bangetttttt jelasinnya, ramah juga jadi semua itu langsung menular ke saya hahaha. Makanya saya langsung berpikir, mereka aja bisa kok CERIA dan RAMAH ke semua orang, gimana saya? Saya enggak boleh nih begini terus dilingkupi insecure yang enggak baik banget buat diri saya. Sudah genap dua minggu saya menjadi bagian Workshop Semarang sebagai Social Media Strategist, saya sangat menikmati apa yang sudah di percayakan ke saya. Tapi tetep sedikit-sedikit ada insecure kalau saya masih enggak bisa bikin ini itu karena terbatas enggak bisa menggunakan aplikasi tertentu huhu. Tetep lahhhhh, kata Kak Gita and of course Kak Ozu, jangan jadi generasi tutorial yang dikit-dikit nanya padahal kalau search di Google bisa dapetin seabrek-abrek infonya. Nah dari sini saya juga belajar nih enggak selalu dikit-dikit tanya kecuali emang saya enggak paham banget baru nanya daripada nanti salah paham kan bahaya hahaha. Makanya semoga setelah menjadi bagian ini, saya bisa melepas ketakutan saya pelan-pelan dan merubah kebiasaan buruk saya ini yang sukanya nyantai hehehe.


Honestly, setelah banyak bertemu orang-orang yang notabene lebih tinggi dari aku (maksudnya dari segi pengalaman bahkan umur hehe) ternyata mempengaruhi diri saya hingga sejauh ini loh. Saya pun baru menyadarinya. Misalnya, saya jadi enggak betah kalau hanya diam saja dikos. Saya coba-coba cari kesibukan misalnya baca buku yang lebih banyak dari biasanya, buka beberapa blog buat saya baca dan saya pelajari juga, kadang saya buka tutorial-tutorial yang belum mahir bahkan belum bisa saya lakukan seperti crochet. Dari dulu, saya pengen bisa berkreasi dengan crochet setelah mencoba-coba dengan kain flanel (bukan pengen lagi, udah masuk ke pengen pake banget). Intinya saya butuh suasana yang baru. Mulai baca buku motivasi yang bergambar/ilustrasi seperti bukunya @byputy, mengulang-ulang baca bukunya kak @nazuragulfira (blognya yang enggak saya lupa buat baca), suka banyak kepo-kepoin beberapa blog juga termasuk blognya founder Workshop Semarang hahaha :p Iluk Reskiyana, pokoknya banyak deh.

Overall, bersyukur itu penting. Enggak harus disaat hal-hal besar, tapi justru hal-hal kecil yang sering kita dapat juga patut di syukuri. Bersyukur masih bisa makan berkecukupan, bersyukur bisa tidur nyenyak, bersyukur dilingkari orang-orang yang baik, pokoknya ALWAYS BE GRATEFUL. Saya selalu bersyukur punya mama yang baik dan mandiri sekali, punya papa yang pekerja keras, punya kakak yang selalu melindungi saya, punya sahabat yang selalu ada, punya pacar yang selalu menerima saya apa adanya (kadang sejelek apapun bahkan seburuk-buruknya saya, dia enggak pernah meninggalkan saya, baper deh acuu haha) dan orang-orang yang selalu ramah dan mau berbagi dengan saya. Saya sangat-sangat bersyukur bahwa enggak semua orang bisa memiliki ini semua. Saya juga bersyukur bisa membaca, bisa berjalan, bisa melihat dunia, bisa mendengar, pokoknya semuanya yang saya dapat hingga sekarang. Jadi, mulai sekarang saya mengingatkan untuk diri sendiri dan kalian semua yang baca untuk selalu bersyukur apapun itu. Bersyukurlah setiap waktu karena dengan bersyukur inilah, hidupmu (InshaAllah) akan lebih baik. Amin.

Dibawah ini ada beberapa DEFINISI BERSYUKUR VERSI MEREKA dan ini saya pilihnya random yaaa hehehe.





You Might Also Like

0 komentar

Follow on Instagram