Finally, I'm arrived in Balikpapan

Februari 11, 2018


Hasil gambar untuk tumblr trip flight quotes
source: here
Setelah repot-repot harus packing apa aja yang dibawa, saya lebih memilih santai sambil mainan handphone. Walaupun masih sering ditanyain sama mama udah bawa ini atau itu, ya saya lebih memilih menikmati ajalah situasi yang begini hahaha jarang-jarang mama seribet ini kalau mau pulang. Kebetulan saat saya sedang main handphone, mama datang lagi sambil kasih tau kalau besok berangkat subuh. Katanya sih jam 4 harus sudah bangun dan jam setengah 5 sudah ada di stasiun (kereta berangkat jam 6 pagi). Antara seneng dan mager juga sih harus bangun pagi banget dan dari pagi jugalah perjalan jauh dimulai. Tapi kemageran ini hilang mengingat nanti bisa menginjakkan kaki di kota Balikpapan sambil menikmati sepoi-sepoi angin disana (lebay saya kumat). Jadi, malamnya saya langsung menge-set alarm jam setengah 4 pagi. 

Ini dia bolu yang mama buat, sebenarnya masih ada 3 bolu lagi yang enggak kena foto hehe

Paginya saya bangun agak telat karena saya merasakan kantuk yang amat parah sehingga memaksa saya untuk memejamkan mata kembali hehehe (beneran enggak bisa di tahan buat melek). Setelah saya bangun, ternyata tinggal saya doang yang belum mandi. Seperti biasa mama mulai ribet dengan omelan-omelan khasnya. Untung saya sudah mengepak barang jauh-jauh hari, jadi setelah mandi dan siap-siap, saya langsung membawa tasnya langsung ke bagasi mobil tanpa berpikir lagi barang bawaan yang tertinggal. Sebelum berangkat, saya sudah mengingatkan mama untuk memakai baju agak tebal atau memakai jaket. Namun mama menolak dan berkata baju yang dikenakannya sudah cukup hangat dengan tambahan syal di pundaknya. Yasudah akhirnya kami pun berangkat ke stasiun dengan kondisi langit yang masih gelap. dalam pikiran saya, setiba di kereta pengennya sih melanjutkan tidur kembali namun makin lama kok mata ini makin susah dipejamkan ya.  Hampir dua jam perjalanan, saya merasa makin turun aja nih suhu di kereta. saya melihat ke sebalah kanan, mama yang sudah memeluk dirinya sendiri sambil tertidur sedangkan papa menggosok-gosokkan telapak tangannya. Duhhh saya enggak tega, tapi setelah mama bangun wajahnya menampakkan bahwa dirinya enggak kenapa-napa ya walaupun terlihat sedikit pucat. Saya sih cuman berdoa semoga cepat-cepat sampai aja di stasiun Gambir saking enggak kuat lagi sama dinginnya. 


Tepat disaat sampai di stasiun Gambir, yang saya khawatirkan selanjutnya adalah takut ketinggalan pesawat. Duuuhhhh (lagi-lagi duh) perasaan ini enggak enak banget, bikin enggak enjoy. Padahal mama sama papa santai banget, masih sempat-sempatnya duduk dan makan. Memang keberangkatan pesawat jam 2 siang dan kami masih di stasiun jam 10 pagi. Saya takut kalau-kalau macet. Saya enggak bisa bayangin deh kalau memang sampai sana mepet banget jam keberangkatan pesawat. Namun papa dengan entengnya untuk berkali-kali mengingatkan untuk santai dan pelan-pelan aja tanpa terburu-buru. Toh katanya masih lama sekali waktunya. ya saya percaya deh karena mereka memang pernah sekali menjalani perjalanan seperti ini 3 tahun yang lalu. Awalnya kami bertiga duduk di tempat tunggu Damri. Saya merasa kok papa enggak juga membeli tiket bus Damri-nya ya, padahal waktu sudah menunjukkan pukul 11. Saya semakin panik. saya pun buru-buru buka aplikasi ojek online, yaaaa kali aja saya bisa nemu mobil yang murah dan bisa cepat juga sampai di bandara tanpa harus menunggu penumpang yang lain. Setelah saya berbicara dengan papa, akhirnya papa memutuskan untuk bilang "ya, naik itu aja". Saya pun sesegera mungkin memesan. Dalam perjalanan menuju bandara enggak ada yang terlalu menarik, kami pun juga banyak diam selama di mobil. 

Sesampai di bandara, kami pun langsung masuk agar bisa menunggu santai di dalam. Namunnnnnnnnnnnn, satu hal yang membuat saya heran hingga sekarang. Ketika saya masuk untuk check-in, saya dipanggil-panggil dengan sebutan "teteh" oleh seorang ibu-ibu bersama anaknya. Awalnya saya enggak menghiraukan, saya kira beliau memanggil orang yang dibelakang saya, namun kok enggak ada sahutan apa-apa ya. Mata saya pun tertuju pada beliau disaat saya persis di depannya. "Teteh, inget saya enggak?" menurut saya ini pertanyaan yang sok kenal gitu deh (beneran, saya enggak kenal dia tiba-tiba bertanya seperti itu jadi agak awkward). Saya yang masih speechless cuma menggelengkan kepala, karena fokus saya jadi teralihkan ke dua arah. Fokus ke ibu tersebut dan fokus ke tiket saya yang sedang di periksa di pintu masuk. Kembali saya melihat ibu tersebut sambil melihat papa dan mama saya. Raut wajah mereka seolah-olah menerka-nerka siapa ibu itu. Saya pun akhirnya hanya menjawab "maaf bu, saya tidak kenal dengan ibu" dan buru-buru masuk karena banyak orang yang mengantri di belakang kami. Sesaat setelah mengurus tiket dan berjalan ke ruang tunggu, mama menanyai ibu-ibu tadi. "Shel, tadi itu siapa? kok kamu diem aja. mama juga enggak pernah lihat ibu itu. kok dengan pedenya bisa bilang begitu?" Honestly, saya cuma bisa ketawa aja mikirin kejadian itu. Bener-bener saya enggak kenal wajahnya, orangnya pun saya enggak tau. Saya merasa bersalah juga, sampai-sampai saya mengingat-ingat orang yang pernah saya temui di kereta ataupun di stasiun. Tetap aja hasilnya nihil. Makanya sampai sekarang saya masih bertanya-tanya siapakah ibu itu haha.

Ternyata kami masih juga harus menunggu. Jam menunjukkan pukul setengah 1 siang. Masih lama juga (ketakutan saya akan telat pun sirna), akhirnya kami memutuskan untuk makan di bandara. Ya walaupun kami tau (mungkin semua orang juga tau) kalau makanan di bandara mahal-mahal, mau gimana lagi karena kami belum makan nasi dari pagi (belum makan nasi berarti belum makan besar haha). Setelah mengisi perut, kami pun kembali menunggu sampai terdengar himbauan. "Mohon maaf, pesawat akan delay 90 menit." (kurang lebih begitulah informasinya hehe) Sontak ruang tunggu yang hening pun menjadi riuh. Enggak terlewat juga omelan mama. "Tuh kan, kalau naik Lion Air tuh suka delay. besok-besok jangan naik ini lagi deh." Saya pun ikut emosi tapi "ma, besok-besok itu kapan ya? naik pesawat aja mikir setengah mati karena tiketnya mahal naudzubillah". Disitu mama tertawa ditengah-tengah riuhnya ruang tunggu. Kalau papa sih lebih banyak diam dan sabar banget. Selang 30 menit, ternyata pesawatnya sudah datang. Kami pun buru-buru daripada antrian semakin panjang (karena di cek lagi tiketnya).

Akhirnya sampai juga di kabin pesawat. Saya memilih untuk duduk dekat jendela yang tepat sekali terlihat sayap pesawat. tapi (banyak tapinya ya -_-) saya masih khawatir lagi selama perjalanan ini. Saya berpikir lagi gimana ya supaya telinga saya enggak berdengung, gimana ya supaya kalau saya harus tidur dulu tapi nanti enggak bisa melihat pemandangan menarik. Serba salah ya hahaha. Akhirnya saya memutuskan untuk enjoy sajalah selama perjalanan dengan pesawat ini. Selama di pesawat ternyata saya enggak bisa tidur sama sekali. saya pun mengalihkan pandangan saya ke awan-awan yang menjuntai indah bak permen kapas (duh jadi pengen permen kapas -_-). Disaat saya sedang menikmati indahnya pemandangan awan bahkan lautan yang terbentang luasnya, saya melihat mbak-mbak di depan saya yang asik dan anteng banget baca bukunya. Kok saya engga bisa begitu ya, bahkan saya makin enggak fokus lagi baca bukunya. Makin lama saya perhatikan, ternyata bukunya berbahasa inggris. Wah makin keren lagi nih mbak-mbak satu ini. Saya aja belum kesampaian punya buku novel berbahasa inggris (mahal banget buat aku yang anak kos ini). Akhirnya saya curi-curi baca sedikit deh hahaha. 


Setelah 3 jam perjalanan, akhirnya kami sampai dengan selamat di bandara Sepinggan. Wah saya senang sekali, rasanya enggak sabar ingin bertemu nenek dan sepupu. Namun, lagi-lagi mama saya kembali ribet. Katanya om saya bakal jemput namun kenyataannya enggak. Sedangkan kami benar-benar enggak tau alamat rumah om saya yang baru. Akhirnya saya bahkan mama mencoba untuk menelepon om dan sepupu yang membuat kami berdua kesal karena tak kunjung di angkat (emosi tingkat rendah kok hehehe). Karena tetap om saya berhalangan untuk menjemput, akhirnya kami memesan taksi dengan memberikan alamat yang sudah diberi tahu. Untung si sopir tau persis alamatnya hahaha ya emang kan namanya juga sopir, tapi ada aja kan ya sopir yang enggak tau daerah dia beroperasi (?). 

Bandara Sepinggan, Balikpapan. Ini mama yang pengen banget foto di situ.


Saat saya melihat jam sudah menunjukkan hampir pukul sepuluh malam, kami pun tiba di kontrakan om saya. Wah ternyata tempatnya lumayan jauh dan tinggi banget. Kayaknya saya olah raga naik turun di jalan ini langsung turun 10 kg deh hahahaha  (sayangnya lagi-lagi saya enggak banyak foto disini). Kontrakan om saya tepat di lantai dua, lantai satu itu pemilik kontrakan. Tangga naik ke rumah di lantai dua itu bener-bener bikin deg-degan deh, papannya kecil-kecil enggak kayak tangga biasanya, udah gitu gelap enggak ada penerangan di tangga jadi bener-bener was-was naiknya. Namun disaat kami bertiga sampai di teras lantai dua, kami sudah di sambut nenek tercinta yang katanya sudah menunggu di teras berjam-jam dan selalu parno kalau ada mobil lewat hahahaha (dikiranya mobil yang lewat itu kami). Syukur Alhamdulillah nenek saya masih sehat bugar, masih kuat untuk jalan dan ingatannya pun masih baik sekali. Saya pun memeluk dan menciumnya. Lama sekali saya enggak bertatap langsung seperti ini. Apalagi setelah masuk rumah, kami disambut dengan dekor ruang tamu ala-ala natal, lampu kelap-kelip pohon natal, kursi warna hijau, kue-kue dan minuman soda yang masih utuh (sempat saya lirik sedikit untuk target cemilan besok haha).


Senangnya bisa disambut hangat seperti ini dan bisa kembali menikmati ephoria seperti dulu❤❤❤



You Might Also Like

0 komentar

Follow on Instagram